Setiap hari kelahiran Ratu Wilhelmina, anak-anak warga negara Hindia Belanda diterima Gubernur Jenderal di Istana Negara. Mereka diajarka mencintai Ratu-nya dan bernyanyi bersama-sama lagu kebangsaan Belanda "Wilhelmus van Nassouwe" setelah perayaan resmi di ruang tamu negara, Gubernur Jenderal biasanya menerima anak-anak di taman dan bernyanyi bersama. Lalu diadakan lomba, yang terkenal saat itu adalah lomba balap karung.
Ketika repatriasi (pengusiran ke tanah induk) besar-besaran penduduk warga Belanda akibat politik Sukarno yang merobek-robek perjanjian KMB 1949 pada tahun 1957. Banyak anak-anak Belanda yang pindah ke negerinya, tapi mereka kedinginan di negara induk, mereka mencintai Indonesia dengan alam tropisnya. Kebanyakan dari mereka kemudian tak betah di Belanda dan pindah ke California suatu tempat yang dianggap iklimnya sama dengan Indonesia.
Anak-anak Belanda yang dibesarkan dalam kultur Indonesia tak lekang oleh waktu, mereka masih mencintai nasi goreng, mereka masih suka menyanyikan lagu "Nina Bobo" bahkan mereka membangun kebudayaan Indo-Belanda sendiri sebagai subkultur terbesar di Belanda. Festival Tong Tong adalah salah satu produk kebudayaan Indo-Belanda yang amat dikenal. Bahkan lagu Nina Bobo pernah dibawakan oleh pemusik-pemusik besar dunia pada konser Internasional.
Di Amerika Serikat kebudayaan Indo Belanda berkembang dengan amat baik, di tahun 1970-an mulai menyebar restoran-restoran dengan gaya khas Indonesia, pemicu awalnya adalah orang-orang Indo Belanda ini, ,kemudian diperbesar dengan arus imigrasi orang Indonesia pribumi yang banyak pindah ke Amerika di era 1980-an.
Di bidang sastra kultur Hindia Belanda berkembang amat baik bahkan berpengaruh besar terhadap alam pikir orang Belanda. Awalnya memang novel Multatuli, kemudian di abad 20 muncul Eddy du Peron, peranakan perancis yang bersimpati pada nasionalisme Indonesia dan teman ngobrol Sjahrir di kafe Braga, Bandung. Ada Rob Niewenhuys yang senang mencatat kehidupan kota di Batavia dan Surabaya, ada Tjalie Robinson, yang cerita-ceritanya soal kehidupan sehari-hari yang amat satir tapi lucu dan ada juga si cantik Marion Blom yang kerap menggambarkan indahnya Indonesia.
Dari mereka-lah rantai sejarah Indonesia-Belanda dalam dinamika waktu alam pikiran terbentuk.
-Sejarah selalu menceritakan banyak hal-.
ANTON DH NUGRAHANTO
Ketika repatriasi (pengusiran ke tanah induk) besar-besaran penduduk warga Belanda akibat politik Sukarno yang merobek-robek perjanjian KMB 1949 pada tahun 1957. Banyak anak-anak Belanda yang pindah ke negerinya, tapi mereka kedinginan di negara induk, mereka mencintai Indonesia dengan alam tropisnya. Kebanyakan dari mereka kemudian tak betah di Belanda dan pindah ke California suatu tempat yang dianggap iklimnya sama dengan Indonesia.
Anak-anak Belanda yang dibesarkan dalam kultur Indonesia tak lekang oleh waktu, mereka masih mencintai nasi goreng, mereka masih suka menyanyikan lagu "Nina Bobo" bahkan mereka membangun kebudayaan Indo-Belanda sendiri sebagai subkultur terbesar di Belanda. Festival Tong Tong adalah salah satu produk kebudayaan Indo-Belanda yang amat dikenal. Bahkan lagu Nina Bobo pernah dibawakan oleh pemusik-pemusik besar dunia pada konser Internasional.
Di Amerika Serikat kebudayaan Indo Belanda berkembang dengan amat baik, di tahun 1970-an mulai menyebar restoran-restoran dengan gaya khas Indonesia, pemicu awalnya adalah orang-orang Indo Belanda ini, ,kemudian diperbesar dengan arus imigrasi orang Indonesia pribumi yang banyak pindah ke Amerika di era 1980-an.
Di bidang sastra kultur Hindia Belanda berkembang amat baik bahkan berpengaruh besar terhadap alam pikir orang Belanda. Awalnya memang novel Multatuli, kemudian di abad 20 muncul Eddy du Peron, peranakan perancis yang bersimpati pada nasionalisme Indonesia dan teman ngobrol Sjahrir di kafe Braga, Bandung. Ada Rob Niewenhuys yang senang mencatat kehidupan kota di Batavia dan Surabaya, ada Tjalie Robinson, yang cerita-ceritanya soal kehidupan sehari-hari yang amat satir tapi lucu dan ada juga si cantik Marion Blom yang kerap menggambarkan indahnya Indonesia.
Dari mereka-lah rantai sejarah Indonesia-Belanda dalam dinamika waktu alam pikiran terbentuk.
-Sejarah selalu menceritakan banyak hal-.
ANTON DH NUGRAHANTO
0 comments:
Post a Comment