Tidak seperti Suharto yang berpikir bahwa kekuatan terbaik adalah diri sendiri, adalah kemampuan diri sendiri dan orang-orang terdekatnya dimana Suharto selalu memperhatikan keadaan orang-orang terdekatnya dan ia tidak pernah percaya pada kekuatan diluar lingkaran terdekatnya. Sukarno selalu berpikir bahwa kekuatan terbaik adalah "Sesuai Kebutuhan Sejarah". Apabila Suharto sangat percaya pada intuisi-nya maka Sukarno sangat percaya pada Intelektualitas dan kemampuannya dalam menafsirkan arah gerak sejarah. Dari arah gerak sejarah inilah Sukarno menentukan "Siapa Teman, Siapa Lawan".
Sukarno mendirikan PNI 1927 dengan memanfaatkan kehancuran total PKI. Disana ada kevakuman sejarah dan dengan lompatan luar biasa ia mampu menjadi "Pemimpin Nasional" Sementara semua jago-jago lama Komunis berlarian ke luar negeri dikejar intel Belanda dan Inggris, sebagian besar ditangkapi dan dipenjarakan ke Digul, Sukarno membangun ruang gerak baru bernama Nasionalisme dan sontak ia menjadi raksasa baru dan pusat perhatian seluruh bangsa. Sukarno dengan cepat menjadi pemimpin dengan memanfaatkan keadaan. -Sukarno dengan lihai memanfaatkan kehancuran PKI kemudian menjadikan Nasionalisme sebagai arus besar sejarah - inilah keberhasilan pertama Sukarno.
Di Jaman Jepang Sukarno memilih bergabung dengan Jepang, pertimbangannya sederhana : Apabila Jepang menang perang dalam pertempuran Asia Pasifik maka Indonesia langsung merdeka dan menjadi anggota Persekutuan Asia Timur Raya. Sukarno selalu melihat kondisi geopolitik. Di tahun 1931 dia selalu berbicara "Kemerdekaan Indonesia bergantung pada Perang Asia Pasifik" dan tidak ada satupun ahli politik serta pemimpin dunia yang memperkirakan ada perang Asia Pasifik hanya Sukarno yang berkata demikian, pada tahun 1942 saat Jepang mengebom Pearl Harbour dan Perang Pasifik dimulai barulah orang sadar bahwa Sukarno selalu mengatakan demikian 10 tahun sebelumnya. Saat mendengar kabar AS mengumumkan perang dengan Jepang, Sukarno berkata dengan Inggit "Nggit, Aku merasa inilah saatnya Indonesia Merdeka". Sukarno sudah paham lama satu-satunya kekuatan yang bisa mengusir Belanda adalah kekuatan luar dan ia harus memanfaatkan kekuatan luar.
Sukarno pulang ke Jakarta dan memanfaatkan kekuatan Jepang untuk mengeliminir semua aset Belanda dan menjadikan namanya tetap Flamboyan di tengah rakyat. Walaupun di Jaman Jepang ia dikatakan bertanggung jawab terhadap Romusha namun itu bukanlah kerjaan Sukarno, justru Sukarno yang meminta Jepang agar Indonesia punya kekuatan militernya sendiri. Sukarno paham kunci setelah Perang Pasifik adalah kekuatan militer antar wilayah dan Indonesia harus jadi tandem yang seimbang apabila Jepang menang perang atau kalau Jepang kalah perang maka Indonesia harus punya Angkatan Perang-nya untuk berhadapan dengan pemenang perang : 1. Amerika Serikat (menurut perhitungan Sukarno akan berpangkalan di Filipina dan menjadi dominasi di Asia Tenggara) 2. Inggris (berpangkalan di Malaya) 3. Sovjet Uni (Yang menurut perkiraan Sukarno akan mencari tempat baru di Asia Tenggara).
Asia Tenggara selalu menjadi titik perhatian Sukarno, ada dua wilayah Asia Tenggara yang dijajah oleh kekuatan lemah Internasional : 1. Indochina dan 2. Indonesia. Indochina dijajah Perancis dan Indonesia dijajah Belanda. Dua titik lemah inilah yang diperkirakan Sukarno akan dikuasai Moskow atau Peking. Disinilah Sukarno menempatkan dirinya sebagai pemain politik Internasional, langkah pertama yang ia lakukan adalah menghindari Indonesia menjadi satelit Moskow dan Peking. Ia melihat Peking masih lemah dan bisa ia manfaatkan setelah menjadi raksasa dunia sementara satu-satunya kekuatan besar adalah Moskow.
Akhirnya memang Moskow masuk ke Vietnam, tapi Cina-lah yang memenangkan perang di Vietnam. Sukarno adalah orang paling cerdik dalam memanfaatkan ini. Disatu sisi ia memegang Tan Malaka dengan melakukan deal politik untuk menyambungkan kekuatan laskar rakyat sebagai beking tentara resmi yang masih lemah, Sukarno menemui Tan Malaka pada September 1945. Kemudian di sisi lain ia pegang Sjahrir. Tujuan utama dari politik Sukarno 1945 adalah "Mencegah agar jangan Moskow bermain di Jawa" Apabila Moskow bermain di Jawa maka resikonya Belanda akan memanfaatkan kekuatan Amerika Serikat untuk menghantam Komunisme sebagai Project Pertama kali "Membendung Kekuatan Merah di Asia" yang memang sudah diperkirakan oleh Churchill sebelumnya, kata Churchill "Setelah Hitler, Musuh kita adalah Stalin". Maka Sukarno berpegang kuat-kuat pada doktrin Churchill ini, dan hanya ada dua kekuatan yang bisa menghindari Indonesia dari Moskow : Tan Malaka yang dibenci Moskow dan Sjahrir cs yang berkiblat pada Eropa Barat. Sukarno memanfaatkan dua orang ini sebagai tangan kanan dan tangan kirinya lalu berhasil. Sukarno dengan cerdas memperpendek perang dan kemudian ia melakukan perang besar selanjutnya : Revolusi Indonesia Sesungguhnya.
Revolusi Sukarno sesungguhnya adalah Revolusi Modal. Dan ini ia buktikan di tahun 1960, Sukarno tau bahwa Indonesia adalah negara paling kaya di muka bumi, dan kekayaan terbesar di Indonesia justru di wilayah Irian Barat. Irian Barat harus dijadikan lumbung modal Indonesia untuk menguasai politik di Asia Tenggara dengan menguasai politik di Asia Tenggara maka Indonesia akan menjadi kekuatan nomor empat dunia setelah Amerika Serikat, Sovjet dan Cina, maka Sukarno memilih pembantu terdekatnya adalah Subandrio. Lagi-lagi Sukarno menunjukkan kejeniusan luar biasa, ia memanfaatkan kemampuan diplomasi Subandrio untuk menekan Kennedy. Sukarno menodong Kennedy apabila persoalan Irian Barat tidak beres maka AS akan menghadapi dua front di Asia Tenggara : Front Hanoi dan Front Jakarta. Kennedy mengalah dan memerintahkan Belanda mundur setelah 'Gertak' Sukarno dengan puluhan pesawat buatan Sovjet dan beberapa korvet yang siap menyerang ke Irian Barat dan mempermalukan Belanda.
Kennedy dimusuhi CIA setelah mengalah pada Bung Karno dan ditembak mati dengan meninggalkan cerita politik konspirasi. Lalu naiklah Lyndon B Johnson orang yang sangat keras dalam soal Asia Tenggara. Ia masuk ke Vietnam dengan brutal. Sukarno melihat bahwa persoalan Vietnam akan menjadi tragedi kemanusiaan yang luar biasa, ia berniat menghentikan perang di Vietnam dengan membangun poros persekutuan di luar AS. Sasaran antara Sukarno adalah Inggris dan mendepak Inggris dari Asia Tenggara. Karena bagi Sukarno, Inggris adalah otak bisnis di Asia Tenggara sementara Beking Keamanannya AS. Tapi Sukarno tau bahwa berhadapan dengan AS langsung tidak akan bisa maka Sukarno memperhatikan perkembangan politik di Peking. Mao sedang naik daun, kekuatan merahnya menggetarkan Amerika Serikat, Sukarno ingin memanfaatkan Mao Tse Tung bertarung langsung dengan AS di Asia Tenggara, Sukarno yakin Mao pasti menang karena keinginan utama AS bukanlah perang tapi dagang. Ini dibuktikan ketika Amerika mundur secara memalukan dari Perang Korea.
Maka untuk melancarkan hegemoni Indonesia di Asia Tenggara, Sukarno membuka front dengan Inggris di Kalimantan Utara. Lagi-lagi Sukarno menggunakan politik gertak. Apabila penguasaan Irian Barat, Sukarno memanfaatkan panasnya politik AS-Sovjet. Maka dalam kasus Ganjang Malaysia sesungguhnya Sukarno sedang nge-test Cina sebagai kekuatan di Asia. Dengan memanfaatkan kekuatan Cina maka Indonesia akan bisa memperpendek perang di Vietnam dan menghentikan pembantaian Amerika disana. Dengan menguasai hegemoni di Asia Tenggara maka Indonesia akan menjadi negara paling kaya di Asia setelah Cina.
Tapi pemikiran Sukarno yang melompat jauh ke depan, pemikiran Sukarno yang sudah paham tentang pertarungan modal tidak pernah mampu dibaca tandem-tandem politik di dalam negeri. Terbukti Sukarno diboikot Jenderal-Jenderalnya sendiri dalam kasus Ganjang Malaysia. Sukarno dikentuti orang-orang yang belagak Intelektual tapi tidak bertanggung jawab.
Apabila Sukarno berhasil memainkan politik Ganjang Malaysia maka Irian Barat tidak akan jatuh ke Freeport, sepenuhnya kekayaan alam Indonesia dibangun untuk bangsa Indonesia dan kekayaan negara. Tidak ada yang namanya sekolah harus bayar, Rumah Sakit harus bayar. Indonesia akan diciptakan oleh Sukarno sebagai negara paling memakmurkan rakyatnya dan memang step pertamannya adalah menciptakan struktur modal.
Inilah kejeniusan Sukarno yang harus menjadi pelajaran bagi kita semua, dialah bapak bangsa yang mewarisi kekayaan nasional bangsa Indonesia. Bukan mewarisi hutang ribuan trilyun seperti yang dilakukan Suharto dan mungkin juga SBY.
0 comments:
Post a Comment