News Update
Home » » Wibawa Sukarno di Mesir

Wibawa Sukarno di Mesir



Wibawa Sukarno hingga kini masih aku rasakan di Mesir ( Kisah Nyata )

Jalan Ahmed Sokarno di Mesir

50 tahun yang lalu,kisah persahabatan Sukarno dan Gamal Abd Nasr begitu akrab hingga terkenal diseluruh dunia,mengapa tidak, karena kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang tinggi dan juga mempunyai pengaruh terhadap kebijakan Internasional.Keduanya mempunyai kekuatan yang amat besar,Sukarno mempunyai bangsa Indoesia yang besar dan hasil alam yang melimpah ruah,kalau berbicara tentang pengaruh, Sukarno mempunyai wibawa tinggi dikawasan regional ( ASEAN pada saat ini ).Gamal Abd Nasr pun mempunyai pengaruh yang kuat di dunia Arab.

Banyak yang berkata “ah itu kan dulu,kalau sekarang ga ada pengaruhnya buat kita”, pernyataan ini amatlah salah,penulis dengan berbagai fakta akan coba menguraikan bahwa hingga saat ini wibawa Sukarno masih ada di bumi Mesir .

Pada suatu sore di Madinat an Nasr,suatu kawasan yang banyak dihuni mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di Mesir,saya keluar dari Saqqoh ( rumah kontrakan ) sambil membawa diktat kuliah untuk di Copy. Saya mulai mencari warung photo copy ,akhirnya saya mendapati sebuah warung photo copy yang ada disebelah kedai yang menjual peralatan dapur. Disana duduk seorang bapak yang bersusia cukup tua,tanpa basa basi saya langsung memberi diktat kuliah itu untuk di copy, sambil membolak balik diktat ,bapak tua tadi bertanya “enta min ein ? ” (kamu dari mana ) dan aku pun menjawab “min andunisie” ( saya dari Indonesia ) langsung dengan spontan beluai berkata “ooo ahmed sukarno “ di duni Arab Sukarno lebih dikenal dengan nama Ahmed Sukarno. Kemudian ia pun berkisah tentang Presiden Sukarno, ” Pada saat bapak masih sekolah,kami dan guru-guru mendengar berita kalau Ahmed Sukarno akan datang ke Kairo,saat itu sekolah spontan memutuskan libur sementara untuk menyambut kedatangan Ahmed Sukarno,dan kebetulan sekolah kami tidak jauh dari kawasan bandara Kairo,” dan saya bertanya ” apa yang bapak lakukan pada saat itu “ dan ia menjawab "Karena rombongan Sukarno akan melewati sekolah kami,maka kami berdiri di depan sekolah sambil melambaykan tangan pertanda kami gembira dengan kedatangannya “ .Karena diktat yang di copy sudah habis ,saya kemudian pamit ,tapi seblum pamit sekali lagi pak tua itu berkata "Sukarno itu pemimpin besar"

dan saya pun menjawab ” terimaksih pak atas ceritanya,semoga nanti Indonesia punya pemimpin seperti beliau “dan saya pun pamit dan mengucapkan salam.

Kisah kedua terjadi pada tanggal 29 September 2010,siang itu pukul 12,saya pergi membeli isyh ( jenis roti yg terbuat dari gandum ) disebuah masjid yang mengelola isyh bersubsidi,diketahui bawa isyh adalah makanan pokok di negara-negara arab kalau di Indonesia kita bisa mengibaratkan seperti beras. Sesuai dengan peraturan yang berlaku,setiap pembeli harus membawa kartu yang berisi list,dimana nantinya setiap kita membeli maka list itu akan di contreng,agar tidak ada pembeli yang membeli isyh tersebut 2 kali dalam satu hari,karena hanya diperbolehkan satu kali per hari. Ketika aku menyodorkan uang 75 piester ( kira-kira 1000 rupiah),” mana kartu anggota mu,klo ga ada kartu ga bisa ambil isyh ini “ kata panita itu,sebenarnya kejadian itu sering terjadi,karena saya bukan pertama kali membli isyh di tempat itu,namun lagi-lagi seorang bapak tua disampingnya berkata ” kasih aja isyh nya sama dia,dia dah sering ambil disini “,kemudian panitia itu bertanya “enta min ein” ( kamu dari mana ) dan saya jawab “andunisie” ( saya orang Indonesia ), dan bapak tua tadi menyahut “Ahmed Sukarno Shoh !” ( Ahmed Sukarno bukan ! ) dan saya menjawab ” aiwah ( iya pak )” dan bapak tua itu pun berkata kepada panitia tersebut “dia itu bagian dari kita juga”. Dalam pemikiran saya pak tua tadi adalah ketua pengelola isyh bersubsidi tersebut,higga panitia lain ikut perintahnya,Bagi saya kisah ini sangat dalam,secara tidak langsung mereka menganggap bahwa masyarakat Indonesia yg ada di Mesir bagian dari masyarakat Mesir itu sendiri.

Benar kata Bung Karno ” jangan sekali-kali melupakan sejarah” ,Persahabatan Sukarno dan Gamal tidak hanya hubungan emosional dua pemimpin besar itu saja,tapi hubungan emosional rakyat Indonesia dan Mesir.



Azmil Nasution

1 comments:

  1. Haru biru campur bangga baca artikelnya... Aku Indonesia Aku Bangga

    ReplyDelete